Inflasi adalah terminologi yang tak lagi asing di kehidupan sehari-hari. Kata ini pun sudah menjadi bagian yang melekat erat pada masyarakat kendati bukan merupakan ahli atau menempuh studi ekonomi. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan inflasi? Bagaimana metode perhitungan inflasi?
Memahami Konsep Dasar Inflasi
Perhatikan ilustrasi berikut untuk mendapat pemahaman yang lebih mudah. Untuk membeli cabai sebanyak 1 kg hari ini, kamu perlu mengeluarkan uang sebesar Rp100 ribu. Padahal beberapa bulan sebelumnya, 1 kg cabai dapat diperoleh dengan harga sebesar Rp30 ribu.
Berdasarkan ilustrasi di atas, terlihat bahwa ada perbedaan harga yang cukup signifikan untuk komoditas yang sama dalam periode tertentu. Namun, inflasi bukan sekadar merujuk pada perbedaan nominal tersebut, melainkan pada menurunnya nilai mata uang yang terjadi. Jika dahulu uang Rp100 ribu dapat digunakan untuk membeli 3 kg cabai, maka sekarang uang tersebut hanya cukup untuk 1 kg cabai. Artinya, nilai uang Rp100 ribu saat ini lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
Hal ini selaras dengan pengertian resmi inflasi menurut beberapa badan resmi terkait seperti berikut.
Kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Namun, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kecenderungan naiknya harga barang dan jasa, pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.
Syarat dan Faktor Penyebab Terjadinya Inflasi
Sebuah kondisi kenaikan harga komoditas dapat disebut inflasi jika memenuhi syarat berikut:
- Terjadinya kenaikan harga secara umum untuk suatu barang dibandingkan periode sebelumnya.
- Kenaikan harga yang terjadi tak hanya untuk satu komoditas, tetapi terjadi lebih luas pada beberapa komoditas yang dikonsumsi masyarakat secara umum.
- Berlangsung secara terus menerus (relatif lama), sehingga kenaikan sesaat seperti sembako yang melonjak saat menjelang Idulfitri dan kembali turun setelahnya tidak termasuk kategori inflasi.
Baca juga: 4 Faktor Penyebab Inflasi di Indonesia
Lantas, apa yang menyebabkan inflasi?
-
Uang yang Beredar Meningkat (Quantity Theory Inflation)
Hal ini terjadi saat jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat, sedangkan jumlah barang yang ada sama. Dengan demikian, harga barang yang ada pun menjadi beberapa kali lipat lebih mahal untuk menyesuaikan.
-
Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Hal ini terjadi disebabkan oleh dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus. Kenaikan biaya produksi didorong oleh biaya faktor produksi yang juga meningkat.
-
Kenaikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Hal ini terjadi karena keinginan berlebihan suatu kelompok masyarakat terhadap komoditas di pasar sehingga permintaan pun bertambah.
-
Campuran (Mixed Inflation)
Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan.
-
Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Theory Inflation)
Hal ini terjadi karena struktur ekonomi yang kaku, yakni saat produsen tidak dapat mencegah cepatnya kenaikan permintaan masyarakat karena pertumbuhan penduduk.
Metode Perhitungan Inflasi
Ada tiga metode perhitungan inflasi yang banyak dilakukan, yakni:
-
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen (IHK) menghitung rata-rata perubahan harga kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dalam jangka waktu tertentu.
-
Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product memperlihatkan perkembangan harga di tingkat produsen.
-
Indeks Harga Perdagangan Besar (IPHB)
Indeks yang menunjukkan perkembangan harga di tingkat perdagangan grosir.
Dari tiga metode perhitungan inflasi di atas, IHK merupakan metode yang paling sering digunakan. Perhitungan yang dilakukan pun cukup mudah seperti ilustrasi berikut ini.
Harga BBM jenis Pertalite pada tahun 2018 berada di angka Rp7.500,00 untuk setiap liternya. Namun setahun kemudian, komoditas serupa mencapai angka Rp9.300,00. Maka, besarnya inflasi yang terjadi adalah
= [(9.300-7.500)/7.500] x 100%
= 0.24 x 100%
= 24%
Perhitungan yang sama juga dapat digunakan bila variabel yang diketahui adalah IHK di periode tertentu. Seperti contoh, IHK pada Januari 2020 adalah sebesar 120,50, sedangkan IHK pada Januari 2019 adalah 116,45. Maka, besar inflasi tahunan yang terjadi adalah
= [(120,50-116,45)/116,45] x 100%
= 0,035 x 100%
= 3,5%
Inflasi merupakan kondisi saat terjadinya penurunan nilai mata uang. Beberapa faktor penyebabnya adalah meningkatnya jumlah uang yang beredar, kenaikan biaya produksi, kenaikan permintaan, ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, dan kakunya struktur ekonomi. Adapun metode perhitungan inflasi yang umum digunakan adalah berdasarkan IHK, PDB, dan IPHB.
Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Melalui Akseleran!
Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Dengan bunga hingga 16% per tahun, kamu dapat mulai mengembangkan dana di platform P2P Lending Akseleran hanya dengan dari Rp100 ribu saja.
Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].
[…] faktor yang berdampak pada fluktuasi nilai mata uang. Adapun teknikal yang lebih memfokuskan pada perhitungan dan prediksi […]
Comments are closed.