Dampak New Normal Terhadap Inflasi

0
7219

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik”

Pembukaan ekonomi baru di tengah masih mewabahnya pandemi Covid-19 akan menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah Indonesia. Menteri Keuangan, Sri Mulyani angkat bicara dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak akan berdiam diri dan meminta kepada kita semua agar mampu menyeimbangkan diri untuk tetap menjaga kesehatan, namun tetap bisa menciptakan ruang interaksi sosial maupun ekonomi.

Dampak pandemi Covid-19 seakan menggoyahkan perekonomian Indonesia karena negara mengalami pelemahan konsumsi. Mengutip Tempo.co, Perry Warjiyo – Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan, pelemahan konsumsi yang kemudian berdampak pada penurunan tingkat inflasi menjadi perhatian bank sentral. Tingkat inflasi Mei 2020 tercatat sangat rendah yaitu hanya sebesar 0,07% (month to month) atau 2,19% (year on year). “Tampaknya tren lemahnya inflasi masih akan terus berlanjut,” ujarnya.

Meski demikian, inflasi harga pangan ke depan tetap perlu diwaspadai akibat adanya potensi rantai pasokan global yang terganggu. Namun harga barang di dalam negeri dipastikan tetap terkendali, begitu juga pasokannya tetap terjaga. Bank sentral memperkirakan inflasi tahun ini pun masih akan berada dalam sasaran yang ditetapkan, yaitu berkisar antara 2% – 4%.

Sementara Donny Gahral Adian – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden mengatakan semua negara yang terkena pandemi Covid-19 mengalami kondisi perekonomian yang buruk, artinya hal ini tidak hanya dialami oleh Indonesia. “Tiongkok saja sampai minus ekonominya, tapi dalam kondisi seperti ini, Indonesia masih bisa 3% [pertumbuhan ekonomi] cukup baik dan di negara-negara Asean, jadi sebenarnya, di tengah-tengah kesulitan, kita masih bisa bertahan dan memutar roda perekonomian,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (8/6).

Donny memaparkan, berdasarkan Indikator, mayoritas masyarakat yang merasakan dampak ekonomi secara langsung adalah pada tingkat rumah tangga. Mayoritas masyarakat saat ini menilai kondisi ekonomi rumah tangga lebih buruk atau jauh lebih buruk (83,7% responden) dibandingkan dengan tahun lalu. Penilaian ini jauh meningkat dibanding survei pada Februari, ketika hanya sekitar 22% responden yang menilai demikian.

Mayoritas masyarakat juga menjawab bahwa pendapatan kotor rumah tangga saat ini menurun (86% responden). Dengan demikian dalam tiga bulan terakhir, jawaban menurun ini mengalami tren peningkatan yang tajam.

Penurunan ini dirasakan cukup merata di semua kategori secara sosio-demografis. Akan tetapi, berdasarkan pendidikan tampak pola yang menunjukkan bahwa warga berpendidikan SLTA ke bawah lebih banyak yang merasakan penurunan, sedangkan warga berpendidikan tinggi lebih sedikit merasakan penurunan.

Bagaimana Inflasi di Era New Normal?

Mengacu paparan Sri Mulyani – Menteri Keuangan dan Perry Warjiyo – Gubernur Bank Indonesia, artinya pandemi Covid-19 mendorong tren inflasi menjadi turun karena konsumsi masyarakat yang melemah sehingga akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi 2020.

Josua Pardede – Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk mengatakan, meski pemerintah telah merancang skenario normal baru kebijakan itu belum akan banyak berpengaruh pada kinerja perekonomian. “Konsumsi masyarakat diprediksi belum akan pulih signifikan,” ujar Josua kepada Tempo.co.

Baca Juga:
Rupiah di 13.840, Dampak New Normal?
Era New Normal, Cerdas Mengelola Isi Kantong
Kenali Protokol Kesehatan Selama Jalani New Normal

Tak hanya mengoptimalkan program bantuan sosial, Josua mengatakan realisasi stimulus untuk dunia usaha juga perlu diprioritaskan. “Jika produktivitas kembali meningkat, pemulihan ekonomi Indonesia akan lebih cepat.” tuturnya.

Bank Dunia dalam laporan terbarunya menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan merosot hingga 0% atau tidak tumbuh sama sekali. Ralph Van Doorn – Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia, mengatakan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak April, Mei, dan awal Juni memukul perekonomian cukup dalam.

Sementara Airlangga Hartarto – Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian mengatakan, hampir seluruh sektor perekonomian menurun antara 20% hingga 50% selama masa pandemi Covid-19. Namun, dia menyebut ada pula sektor yang masih positif, seperti sektor pangan dan kesehatan.

“Sektor yang paling baik adalah pangan, kesehatan dan kelapa sawit atau produksi minyak nabati. Sementara yang lain semuanya berada di bawah,” tuturnya mengutip kompas.com.

Untuk memulihkan kondisi perekonomian nasional, Airlangga menyatakan perlu dilakukan restart engine ekonomi. “Hal tersebut diperlukan agar kita bisa menahan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan menahan kondisi masyarakat yang berada di near poor (dekat dengan garis kemiskinan) menjadi poor (miskin),” ungkapnya.

Airlangga memaparkan, kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya sudah mendapatkan kepercayaan di mata pasar. Artinya indikator perekonomian Indonesia saat ini positif. Misalnya, penerbitan obligasi oleh Hutama Karya yang ratingnya rendah karena dijamin pemerintah. Hal ini pun menunjukkan beberapa hal penting.

“Pertama, ini berarti kepercayaan terhadap surat utang kita positif. Kedua pasar modal sudah mulai rebound dan ketiga currency kita relatif cukup kuat,” ujarnya.

Dari segi makro ekonomi, Airlangga juga melihat kepercayaan pasar terhadap Indonesia dan terhadap kebijakan yang diambil pemerintah adalah positif. “Kita harus menjaga perekonomian nasional dan mengutamakan produksi nasional dan menjaga daya beli masyarakat agar jangan dimanfaatkan oleh importir yang akan menguntungkan negara lain,” tuturnya.

Sobat, pemaparan tersebut bisa menjadi gambaran bahwa Indonesia masih terus bisa survive bahkan lebih cepat pulih dibandingkan negara-negara lain yang terpapar pandemi Covid-19. Untuk itu, kita harus tetap optimis dan keep fighting melawan Covid-19 agar roda kehidupan kembali berjalan normal.

Daftar sekarang dan dapatkan imbal hasil hingga 21% per tahun di Akseleran

Akseleran memberikan saldo awal senilai Rp 100 ribu untuk pendaftar baru dengan menggunakan kode CORCOMMBLOG. Melakukan pendanaan di Akseleran juga sangat aman karena lebih dari 98% nilai portofolio pinjamannya memiliki agunan. Sehingga dapat menekan tingkat risiko yang ada. Akseleran juga sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor surat KEP-122/D.05/2019 sehingga proses transaksi yang kamu lakukan jadi lebih aman dan terjamin.

Daftar Akseleran dengan unduh aplikasi Akseleran di Google Play atau Apple App Store

Untuk kamu yang tertarik mengenai pendanaan atau pinjaman langsung bisa juga menghubungi (021) 5091-6006 atau bisa via email [email protected]