Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, Pemerintah telah merilis tema dan logo untuk perayaan pada tahun ini yakni Indonesia Maju yang disempurnakan dengan penambahan logo Bangga Buatan Indonesia. Tema Besar Indonesia Maju adalah sebuah representasi dari Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Kementerian Sekretariat Negara, tema ini merupakan simbolisasi dari Indonesia yang mampu memperkokoh kedaulatan, persatuan, dan kesatuan. Makna Kemerdekaan saat ini bukan hanya sebagai kata, kemerdekaan adalah kesempatan. Kesempatan untuk bermimpi hingga jadi nyata dan kesempatan untuk berkarya tanpa batas.
“Sekarang saatnya kita fokus kepada hal yang benar-benar penting dalam menyatukan keberagaman melalui kolaborasi untuk memperkenalkan jati diri bangsa Indonesia,” tulis Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg).
Tema Indonesia maju sejalan dengan visi Pemerintah yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dengan meyakini Republik Indonesia akan mampu menjadi negara maju atau negara penghasilan tinggi (high income country) pada 2045. Optimisme itu ditopang berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita pada tahun 2019 sebesar Rp59,1 juta atau setara dengan US$4.174,9, artinya mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2018, rata-rata pendapatan per kapita tercatat sebesar Rp56 juta atau setara dengan US$3.972,2. Sementara itu, PDB per kapita pada 2017, tercatat sebesar Rp51,9 juta atau setara dengan US$3.877.
Namun sebelumnya, Mengutip CNNIndonesia.com, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan Indonesia bisa keluar dari jebakan negara dengan pendapatan menengah (middle income trap) dan menjadi negara maju dalam 17 tahun ke depan atau pada 2036 mendatang. Syaratnya, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,7% per tahun.
Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengatakan ini merupakan skenario agresif pemerintah. Dalam skenario tersebut, pada 2045 mendatang pendapatan per kapita Indonesia per tahunnya bisa menyentuh US$23.199 per tahun.
Amerika Serikat Menilai Indonesia Sudah Menjadi Negara Maju
Berbeda dengan optimisme dan proyeksi Bappenas, Amerika Serikat (AS) melalui Kantor Perwakilan Perdagangan atau Office of the US Trade Representative (USTR) di Organisasi Perdagangan Dunia ( WTO) justru sudah menyatakan Indonesia sebagai negara maju sehingga mengeluarkan Indonesia dari daftar negara- negara berkembang.
Rilis yang diterbitkan Negeri Paman Sam sangat mencengangkan bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia di dalamnya. Mengutip kompas.com rilis yang disampaikan USTR, Indonesia dan negara-negara yang masuk dalam organisasi G20 dinilai menyumbang secara signifikan dalam ekonomi global, dan besarnya ekonomi dari negara-negara anggotanya yang menyumbang sebagian besar dari output ekonomi global, keanggotaan G20 menunjukkan bahwa suatu negara tengah dikembangkan (jadi negara maju).
Dalam pertimbangan yang digunakannya, USTR mengabaikan indikator negara berkembang lainnya, seperti angka kematian bayi, angka buta huruf orang dewasa, dan harapan hidup saat lahir.
Padahal menurut Bank Dunia, telah mengklasifikasi negara berdasarkan Gross National Income (GNI) per capita terbagi dalam empat kategori. Yakni, low income (US$1.035), lower middle income (US$1.036-US$4.045), upper middle income (US$4.046-US$12.535), serta high income (di atas US$12.535). Jika mengacu klasifikasi tersebut, untuk saat ini PDB Indonesia yang masih tercatat sebesar US$4.174,9 per tahun 2019, maka Indonesia masih tergolong middle income artinya merupakan negara berkembang.
Para pakar ekonom menilai, dikeluarkannya Indonesia menjadi negara berkembang karena AS ingin memberlakukan tarif pajak yang tinggi dan bea masuk. Jika mengacu data BPS, perdagangan Indonesia dengan AS pada Januari 2020 mengalami surplus menjadi US$1,01 miliar, angka ini tumbuh bila dibanding surplus periode sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$804 juta. Data tersebut juga menyebutkan, AS menjadi negara terbesar kedua pangsa ekspor non-migas Indonesia sebesar US$1,62 miliar pada Januari 2020.
Pakar ekonom menambahkan, jika dunia mengakui Indonesia tidak lagi menjadi negara berkembang, pertimbangan yang sangat perlu diperhatikan adalah kualitas ekspor yang mau tidak mau harus meningkatkan kualitas. Selain itu, perlu memperhatikan aspek kesehatan dan keamanan lingkungan. Jika Indonesia tidak memperbaiki posisi daya saing produk, maka ekspor Indonesia ke AS bakal menurun.
Tak hanya itu, Indonesia kemungkinan tak lagi mendapatkan insentif tarif preferensial umum atau Generalized System of Preferences (GSP). GSP merupakan program unilateral pemerintah AS berupa pembebasan tarif bea masuk kepada negara-negara berkembang. Bukan hanya AS, Indonesia tak akan mendapat GSP dari Australia, Belarus, Kanada, Uni Eropa, Islandia, Jepang, Kazakhstan, Selandia Baru, Norwegia, Federasi Rusia, Swiss, dan Turki. Hal ini karena Indonesia dianggap negara maju.
Baca Juga:
Presiden Jokowi: Pandemi ini Sebagai Kebangkitan Baru!
5 Ciri Merdeka Keuangan
Rata-rata Kekayaan Lima Orang Indonesia ini Naik US$3-4 Miliar
Apa yang perlu dipersiapkan Indonesia menuju negara maju?
Menjadi negara maju tentu menjadi tantangan bagi Indonesia, para pakar ekonomi menyoroti kunci utama dari sisi demografi. Kemampuan penduduk Indonesia masih belum sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, tantangan yang juga dihadapi adalah perubahan demografi. Pada 2030, jumlah penduduk usia tua di atas 60 tahun mencapai 13% dari 7% pada 2010. Jika tidak diantisipasi, hal ini dikhawatirkan dapat menjadi beban bagi perekonomian di masa depan.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah soal pemerataan. Saat ini, fokus pembangunan dan ekonomi masih berpusat di Pulau Jawa. Padahal, Indonesia terdapat pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah geografis. Selain itu, dibutuhkan kemampuan diversifikasi industri, industri dengan teknologi yang lebih maju, kondisi pasar tenaga kerja yang kondusif dan tingkat investasi yang cukup tinggi.
Sob, sudah siap menjadi masyarakat dari negara maju?
Daftar sekarang dan dapatkan imbal hasil hingga 21% per tahun di Akseleran
Akseleran memberikan saldo awal senilai Rp 100 ribu untuk pendaftar baru dengan menggunakan kode CORCOMMBLOG. Melakukan pendanaan di Akseleran juga sangat aman karena lebih dari 98% nilai portofolio pinjamannya memiliki agunan. Sehingga dapat menekan tingkat risiko yang ada. Akseleran juga sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor surat KEP-122/D.05/2019 sehingga proses transaksi yang kamu lakukan jadi lebih aman dan terjamin.
Untuk kamu yang tertarik mengenai pendanaan atau pinjaman langsung bisa juga menghubungi (021) 5091-6006 atau bisa via email [email protected]