Hiperinflasi: Pengertian, Contoh Serta Faktornya!

1
5736
Hiperinflasi Adalah

Sejatinya, hiperinflasi adalah penggambaran sebuah kondisi yang mana semua harga barang maupun jasa menjadi sangat tidak terkendali dalam jangka waktu tertentu. Definisi lainnya, hiperinflasi merupakan situasi inflasi yang bergerak dengan sangat cepat hingga melebihi angka 50% dalam sebulan.

Kondisi ekonomi yang sangat menyulitkan suatu negara tersebut pertama kali dicetuskan dalam buku The Monetary Dynamics of Hyperinflation yang ditulis oleh seorang pakar ekonomi asal Amerika Serikat, Phillip Cagan. 

Pengertian Kondisi Hiperinflasi

Seperti disebutkan di atas, hiperinflasi adalah kondisi perekonomian yang tidak menentu dan tak dapat dikendalikan. Dalam kondisi yang mengerikan ini, harga-harga mengalami lonjakan secara dahsyat dalam waktu singkat. Lebih parahnya lagi, hiperinflasi tidak dapat disertai penghasilan rakyat. Akibatnya, jumlah keseluruhan uang yang telah beredar menjadi sangat banyak tetapi terjadi penurunan nilai mata uang yang menurun dengan tajam.

Nilai inflasi di atas 50% atau bahkan hingga di atas 100% dalam jangka waktu kurang lebih 30 hari saja sudah dapat dikategorikan sebuah kondisi hiperinflasi. Dalam kondisi perekonomian yang tergolong normal dan stabil, kondisi inflasi biasanya hanya akan dilaporkan sekali dalam setiap satu tahun. Nah, pelaporan kondisi hiperinflasi terjadi setelah waktu yang cukup singkat, yakni sekali dalam sebulan saja.  

Hiperinflasi tentunya akan berdampak negatif pada nilai mata uang yang digunakan suatu negara. Dalam kondisi tragis tersebut, nilai mata uang mengalami penurunan secara drastis dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Dengan kata lain, daya beli dari nilai mata uang di negara tersebut akan mengalami penurunan tajam hingga bahkan tidak memiliki nilai sedikit pun.

Sementara, mata uang asing dalam kondisi hiperinflasi adalah penyelamat perekonomian dalam negeri karena memiliki nilai yang cenderung lebih stabil. Selain itu, lonjakan inflasi yang dahsyat ini juga harus dipantau serta dianalisis oleh para pakar ekonomi atau pihak berwenang secara terus-menerus guna menghasilkan kebijakan moneter yang dapat mengatasi kesulitan ekonomi yang dihasilkan. 

Contoh Kasus Hiperinflasi

Di antara daftar negara yang telah mengalami hiperinflasi adalah Cina, Nikaragua, Hongaria, Yugoslavia, Yunani, Peru, Perancis, dan Zimbabwe. Indonesia pun pernah mengalami kondisi parah ini di tahun-tahun awal kemerdekaan. Bahkan, Jerman yang merupakan salah satu negara maju dan identik dengan teknologi tinggi sempat mengalami hiperinflasi pada akhir tahun 1923 (saat itu bernama Republik Weimar Jerman, di bawah kekuasaan Adolf Hitler).

Saat itu, Reichs, bank resmi dari pemerintah negara Weimar menerbitkan banyak uang kertas bernilai nominal 100 triliun mark. Hal itu terpaksa dilakukan karena pada puncak hiperinflasi tersebut nilai 1 dolar AS saja hampir sama dengan 4 triliun mark uang Jerman.

Namun, belum lama ini, sekitar tahun 2007, Zimbabwe pun mengalami hiperinflasi yang sangat parah. Pada saat itu, mata uang lokal terdorong mata uang asing yang jauh lebih stabil termasuk rand Afrika Selatan dan dolar Amerika Serikat. Puncaknya, hiperinflasi yang dialami Zimbabwe mencapai 115% yang berakibat pada langkanya ketersediaan pangan, supply bahan bakar, serta fasilitas kesehatan bagi rakyat. 

Faktor-Faktor Penyebab Hiperinflasi

Kondisi hiperinflasi diawali ketika mata uang lokal telah kehilangan kredibilitas dari rakyat sehingga mereka mencari solusi alternatif guna mengamankan transaksi. Solusi tersebut di antaranya adalah dengan barter barang maupun jasa atau dengan menggunakan mata uang asing yang nilainya lebih kuat.

Namun, sebenarnya, akar masalah dari hiperinflasi adalah terlalu banyaknya jumlah nominal uang yang diterbitkan dibandingkan dengan jumlah ketersediaan barang serta jasa di suatu negara. Ini disebabkan oleh pemerintah yang hendak membayar utang negara dengan cara mencetak terlalu banyak uang. Padahal, itu dapat memicu devaluasi mata uang (penurunan nilai mata uang). 

Baca juga: 4 Faktor Penyebab Inflasi di Indonesia

Kesimpulan 

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hiperinflasi merupakan kondisi inflasi yang sangat tak terkendali dan tidak dapat diatasi bahkan dengan pendapatan rakyat yang sangat besar sekali pun. Pada masa krisis tersebut, harga sebungkus roti dapat menjadi puluhan hingga ratusan kali lipat dari harga normalnya. 

Oleh karenanya, disarankan bagi individu maupun perusahaan untuk berinvestasi pada barang-barang bernilai intrinsik besar seperti tanah, emas, perak, hewan ternak, bangunan, kendaraan, dan lainnya. Hal ini karena hiperinflasi adalah kondisi pemicu menurunnya nilai mata uang. Nah, nilai intrinsik dari investasi di atas tidak akan dapat dipengaruhi inflasi sedikit pun. Jadi, yuk, mulai berinvestasi dari sekarang demi masa depan yang lebih cerah!

Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!

Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 16% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.

BLOG100

Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].

1 COMMENT

Comments are closed.