Resesi global, terutama pasca pandemi COVID-19 nanti, diprediksikan akan terjadi paling cepat di tahun 2021, atau selambat-lambatnya dua tahun berikutnya. Setiap negara perlu segera merencanakan kerangka kebijakan umum yang dapat menjadi solusi dari resesi global ini. Banyak yang berpendapat bahwa MMT atau teori moneter modern dapat mengatasinya. Lantas, apa itu MMT (modern monetary theory)?
Apa itu MMT (Modern Monetary Theory)?
MMT atau teori moneter modern merupakan sebuah pendekatan dalam mengelola perekonomian. Teori ini dikembangkan sejak era 90-an oleh seorang pakar ekonomi Profesor Bill Mitchell dan beberapa orang akademisi asal Amerika Serikat seperti Profesor Randall Wray dan Stephanie Kelton, serta seorang bankir Warren Mosler.
Masih belum dapat dipastikan apakah banyak masyarakat dan pemerintahan setuju dengan teori moneter modern ini. Namun, yang jelas teori yang mencetuskan ide untuk mencetak uang baru sebanyak-banyaknya guna menangani resesi global dalam waktu dekat ini telah menimbulkan polemik di antara para ekonom dunia.
Landasan Modern Monetary Theory
Landasan dari MMT sebenarnya adalah teori ekonomi yang dicetuskan oleh seorang ekonom asal Inggris John Maynard Keynes di era 1930 hingga 1940-an. Mereka yang mengembangkan teori ini mengklaim diri mereka sebagai penerus teori ekonomi post-Keynessian yang kini dikenal sebagai teori moneter modern.
Dalam modern monetary theory banyak dikupas mengenai pentingnya tindakan ekonomi baru yang tentunya sangat bertentangan dengan ekonomi konvensional yang berjalan di dunia saat ini.
Gagasan utama dari MMT adalah bahwa pemerintah tidak perlu ragu atau takut akan munculnya defisit pada anggaran negara yang tinggi, inflasi, goyahnya nilai tukar mata uang, hingga pengeluaran yang terlalu besar untuk pemulihan ekonomi. Para pakar ekonomi pro-MMT menilai pemerintah dapat berperan besar dalam pengendalian masalah ekonomi, termasuk inflasi.
Dalam asumsi MMT, pemerintah dapat mencetak uang baru sebanyak yang dibutuhkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi, UMKM, mengurangi beban utang luar negeri, serta tersedianya lebih banyak lapangan kerja. Sederhananya: dalam kondisi mendesak seperti resesi ekonomi, pilihan mencetak uang baru dinilai jauh lebih baik dibandingkan dengan kembali berutang pada bank dunia yang akan menambah beban utang negara yang sudah ada.
Teori Ekonomi Konvensional di Mata Para Pendukung MMT
Masih mengenai apa itu mmt (modern monetary theory), para ekonom yang mendukung teori moneter modern berpendapat bahwa pencetakan uang baru tidak akan langsung menimbulkan inflasi dan mendevaluasi mata uang negara. Menurut mereka, teori ekonomi konvensional justru telah gagal memulihkan perekonomian dunia. Dampaknya, dunia investasi goyah, utang-utang semakin menumpuk, tingkat pengangguran kian tinggi, dan ekonomi secara keseluruhan kian memburuk.
Berdasarkan penilaian para penggiat MMT, kegagalan itu terjadi karena masih banyak negara yang tetap menganut konsep stabilitas keuangan, takut menghadapi inflasi/hiperinflasi, serta takut mengatasi nilai tukar mata uang yang anjlok.
Namun, perlu diketahui bahwa risiko mencetak uang secara berlebihan juga bukan sekadar sebuah ancaman. Di tahun 2008 lalu, Zimbabwe pernah mengalami inflasi secara langsung akibat pencetakan uang baru secara berlebihan. Tidak tanggung-tanggung, inflasi yang dialami salah satu negara di benua Afrika itu pernah menembus angka 231 juta % pada saat itu.
Akibat kesewenang-wenangan Presiden Robert Mugabe yang saat itu mencetak uang baru demi mendanai kampanye politik pribadinya, inflasi tinggi pun terjadi dan tingkat pengangguran mencapai 94%. Pabrik-pabrik tutup bersamaan dengan suplai makanan yang semakin menipis. Harga-harga melambung tinggi karena stok berbagai produk di toko mana pun menjadi sangat langka. Kelaparan terjadi di mana-mana dan rakyat semakin miskin saja.
Lebih jauh lagi, negara itu terpaksa menyederhanakan nilai nominal mata uang dengan menghilangkan 10 angka nol. Misalnya, 10 miliar Dollar Zimbabwe nilainya menyusut menjadi hanya 1 Dollar Zimbabwe.
Baca juga: Finansial Adalah: Pengertian, Fungsi dan Manfaatnya
Kesimpulan
Gagasan modern monetary theory memang cukup menggiurkan, terutama di kalangan milenial. Kaum muda Amerika Serikat dan Jepang sudah mulai melirik teori ini karena dianggap dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat dengan produktivitas tinggi di masa kini.
Di Indonesia sendiri, ide pencetakan uang baru ini juga telah banyak disuarakan. Bahkan, Badan Anggaran DPR telah menganjurkan kepada pemerintah untuk segera mencetak uang baru sampai sejumlah Rp 600 triliun guna mengatasi masalah perekonomian yang produktif. Beberapa mantan menteri pun mengusulkan Bank Indonesia untuk mencetak uang baru hingga Rp 4.000 triliun.
Nah, kita telah membahas mengenai apa itu mmt (modern monetary theory) secara singkat. Jadi, bagaimana menurut Anda? Dapatkah teori moneter modern ini menyelamatkan bangsa kita dari resesi global? Mari kita pantau bersama.
Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!
Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 16% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.
Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].
[…] menjelajahi konsep MMT, serta dampaknya terhadap dunia usaha. Dengan pemahaman yang baik tentang apa itu MMT, pebisnis dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dan adaptif dalam menghadapi perubahan […]
[…] Mulai Pendanaan dengan Akseleran yang akan membantu mengatasi kesulitan akses permodalan bagi UMKM di Indonesia. Dengan menyediakan layanan pendanaan online yang aman dan terpercaya, […]
Comments are closed.