Quantitative Easing (QE): Dampak dan Pengertiannya

0
13121
Quantitive Easing

Quantitative Easing (QE) merupakan istilah ekonomi yang kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat umum. Meskipun demikian, istilah ini sudah ada sejak lama dan dipahami oleh orang-orang yang bekerja dan fokus di bidang ekonomi. Menariknya, kebijakan ini sering menimbulkan kontroversi karena sebagian orang mengganggapnya sebagai solusi, tetapi sebagian lain menilai QE sebagai sumber masalah.

Pengertian Quantitative Easing (QE)

Quantitative Easing atau pelonggaran kuantitatif merupakan kebijakan moneter nonkonvensional yang membuat bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan cara membeli aset keuangan dari institusi swasta atau bank komersial maupun surat berharga jangka panjang milik pemerintah di pasar terbuka. Kebijakan ini diterapkan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pinjaman atau kredit. QE juga diterapkan saat kebijakan moneter standar dinilai tak lagi efektif. 

Dengan membeli sekuritas, suplai uang meningkat. Meningkatnya jumlah uang juga meningkatkan jumlah aset lainnya sehingga suku bunga menurun dan memperluas neraca bank sentral. Kebijakan ini memudahkan bank memberikan pinjaman bersyarat pada masyarakat. Contoh sederhana penerapan QE terjadi pada masa COVID-19. Bank Indonesia selaku pihak independen memberlakukan kebijakan QE hingga ratusan triliun. Hal ini dilakukan sebagai langkah terbaik dalam menghadapi dan menekan dampak ekonomi akibat COVID-19. 

Dampak Quantitative Easing 

Lantas, apa saja dampak penerapan Quantitative Easing?

Jika Bank Indonesia selaku bank sentral melakukan peningkatan jumlah uang beredar, maka hal ini dapat menimbulkan inflasi. Skenario terburuk, BI memicu inflasi melalui kebijakan QE tanpa adanya pertumbuhan ekonomi sehingga menyebabkan stagflasi. Jika meningkatnya jumlah uang beredar ternyata tidak berhasil melalui bank dan justru masuk ke perekonomian, maka kebijakan QE menjadi tidak efektif, kecuali digunakan untuk memfasilitasi kebijakan fiskal (pengeluaran defisit).

Jika kebijakan QE kehilangan efektivitas, maka kebijakan fiskal bisa diterapkan dengan tujuan untuk memperluas pasokan uang. Apabila aset berupa obligasi jangka panjang milik pemerintah dikeluarkan dengan tujuan membiayai pengeluaran defisit, secara tidak langsung kebijakan QE telah mengaburkan batas antara kebijakan fiskal dengan moneter.

Dampak lain penerapan kebijakan QE adalah devaluasi (penurunan) mata uang. Bagi produsen hal ini memang dapat membantu mendorong pertumbuhan lantaran nilai barang ekspor lebih rendah di pasar global. Namun, devaluasi mata uang menyebabkan nilai impor lebih tinggi. Selain itu, devaluasi mata uang juga menyebabkan biaya produksi meningkat. Alhasil, harga jual ke konsumen turut meningkat.  

Kesimpulan Mengenai Quantitative Easing 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan kebijakan pelonggaran kuantitatif (QE) menimbulkan dua dampak, yakni keuntungan dan kerugian. Pada dasarnya, menerapkan kebijakan pelonggaran kuantitatif menguntungkan bank. Bank sentral akan memiliki uang tunai dari hasil penjualan obligasi. Uang ini bisa digunakan bank sentral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga rasio pencadangan supaya tetap seimbang. Caranya adalah dengan menyalurkan uang tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat. 

Kebijakan QE juga menyebabkan nilai suplai obligasi milik pemerintah meningkat. Ketika nilai obligasi meningkat, secara otomatis imbal hasilnya akan menurun. Mengingat imbal hasil obliges jangka panjang milik pemerintah kerap digunakan sebagai acuan bunga investasi janka panjang, bunga antarbank akan mengalami penurunan. Situasi ini memaksa bank mengeluarkan simpanannya. Simpanan ini akan digunakan bank untuk memberikan pinjaman ke pihak lain dengan suku bunga yang lebih tinggi.

Baca juga: Yakin Obligasi Adalah Investasi yang Cocok Untuk Kamu?

Kendati memiliki beberapa keuntungan, kebijakan Quantitative Easing memiliki kelemahan. Penerapan kebijakan ini berisiko memicu inflasi serius. Jika jumlah uang baru yang beredar terus bertambah, maka nilai uang akan melemah. Alhasil, ketika keadaan ekonomi membaik, suplai uang bertambah dengan cepat. Keadaan ini menyebabkan bank makin gencar memberikan pinjaman kepada masyarakat dan masyarakat pun akan makin konsumtif. 

Kebijakan pelonggaran kuantitatif biasanya diterapkan sebagai solusi terakhir ketika terjadi keadaan darurat, termasuk deflasi di masa kritis. Selain Indonesia, sejumlah negara di dunia juga pernah menerapkan kebijakan pelonggaran kuantitatif, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. 

Demikianlah informasi mengenai pengertian dan dampak Quantitative Easing yang perlu Anda ketahui. Dengan penjelasan tersebut, Anda bisa mempertimbangkan kapan waktu yang tepat untuk memulai bisnis atau investasi. Namun, pastikan untuk mempertimbangkan risikonya. 

Jika Kamu Sudah Memahami Serta Siap Untuk Mengembangkan Dana, Maka Proses Selanjutnya Adalah Memilih Instrumen Pengembangan Dana yang Cocok dengan Prefrensimu!

Gunakan Akseleran untuk kamu yang ingin memulai pengembangan dana. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 16% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.

BLOG100

Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].