Perusahaan tentu tidak dapat beroperasi tanpa adanya aktiva. Operasional perusahaan pun biasanya tidak dapat dipisahkan dari utang. Meski tidak semua perusahaan harus berutang, ada kalanya perusahaan berutang untuk menjalankan operasional perusahaan. Dalam terminologi akuntansi, cash ratio adalah perbandingan antara aktiva dan utang yang dimiliki perusahaan.
Cash Ratio Adalah: Definisi
Sebagaimana sudah disebutkan, cash ratio dapat dideskripsikan sebagai perbandingan antara aktiva dengan kewajiban/utang yang harus dibayarkan perusahaan. Namun, perlu Anda ketahui bahwa tidak semua jenis aktiva dan kewajiban/utang bisa diperhitungkan dalam cash ratio.
Cash ratio merupakan rasio dari kas dan setara kas (aktiva yang memiliki likuiditas tinggi) yang dibandingkan dengan kewajiban/utang lancar (utang jangka pendek).
Jenis aktiva dan utang yang masuk perhitungan cash ratio
Jenis aktiva dan utang apa saja yang bisa masuk ke dalam perhitungan cash ratio? Singkatnya, perhitungan cash ratio hanya terbatas pada aktiva dengan likuiditas yang tinggi. Demikian pula dengan kewajiban/utang; utang yang diperhitungkan dalam cash ratio adalah utang yang berjangka pendek.
Ada beragam jenis aktiva yang biasanya dimiliki perusahaan. Dari beragam jenis aktiva tersebut, ada aktiva yang sulit diuangkan (likuiditas rendah), misalnya seperti gedung, tanah, mesin, maupun kendaraan yang digunakan untuk operasional perusahaan. Nah, jenis-jenis aktiva yang ‘tidak likuid’ ini tidak diperhitungkan dalam cash ratio.
Sebagai gantinya, kas dan aktiva setara kas-lah yang turut dihitung dalam menentukan cash ratio. Aktiva setara kas yang dimaksud adalah cek, deposit bank dengan jangka waktu kurang dari tiga bulan dan tidak diperpanjang, giro bank, surat berharga perusahaan, dsb.
Fungsi dari Cash Ratio
Mengapa cash ratio penting untuk perusahaan? Fungsi dari cash ratio adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat keamanan finansial suatu perusahaan. Selain itu, mengetahui besar cash ratio juga membantu perusahaan untuk menentukan hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan finansial perusahaan.
Dengan mengetahui besaran dari cash ratio, perusahaan dapat mengambil langkah strategis yang dinilai tepat untuk memperbaiki finansial perusahaan, terlebih jika saat itu kondisi finansial perusahaan sedang bermasalah.
Maka dari itulah, perusahaan disarankan untuk melakukan perhitungan cash ratio secara rutin. Dengan demikian, perusahaan bisa tahu bagaimana kondisi finansialnya. Selain itu, dengan mengetahui bagaimana cash ratio perusahaan, keputusan-keputusan yang diambil perusahaan pun bisa bersifat lebih strategis.
Baca juga: Tips Menjaga Cash Flow atau Arus Kas dalam Sebuah Bisnis
Cara Menghitung Cash Ratio
Supaya lebih mudah dipahami, Anda bisa mempelajarinya melalui contoh.
Misalnya, perusahaan XYZ memiliki data neraca perusahaan sebagai berikut:
- Kas/uang tunai: Rp 3 milyar
- Aktiva setara kas (obligasi, deposito, dll.): Rp 2 milyar
- Gedung/peralatan: Rp 3 milyar
- Utang usaha: Rp 1 milyar
- Utang jangka pendek (gaji karyawan, pendapatan diterima di muka, dll): Rp 1 milyar
Rumus yang digunakan untuk menghitung cash ratio adalah:
(kas+aktiva setara kas) : (jumlah kewajiban/utang jangka pendek)
Berdasarkan rumus tersebut, maka cash ratio dari perusahaan XYZ dapat dihitung sebagai berikut:
(Rp 3 milyar + Rp 2 milyar) : (Rp 1 milyar + Rp 1 milyar)
= Rp 5 milyar : Rp 2 milyar
= 2,5
Cash ratio perusahaan XYZ adalah 2,5.
Interpretasi cash ratio
Secara garis besar, hasil dari cash ratio dapat dibagi menjadi tiga golongan:
Cash ratio = 1
Jika hasil cash ratio = 1, maka perusahaan memiliki aset kas perusahaan yang berjumlah sama dengan kewajiban/utang jangka pendeknya. Dengan demikian, perusahaan perlu menggunakan 100% aset kas dan setara kas untuk membayar 100% utang jangka pendeknya.
Cash ratio > 1
Jika hasil cash ratio > 1, maka perusahaan memiliki aktiva lancar yang cukup untuk membayar seluruh kewajiban/utang jangka pendek yang tercantum pada neraca. Semakin tinggi nilai cash ratio, maka semakin baik; sebab hal ini berarti perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membayar kewajiban-kewajibannya.
Cash ratio < 1
Jika cash ratio < 1, maka ini berarti perusahaan tidak memiliki aktiva lancar yang cukup untuk membayar kewajiban/utang jangka pendeknya.
Maka dari itu, perusahaan perlu mencari cara untuk memperbanyak aktiva lancar. Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan bisa membayar kewajiban/utang jangka pendeknya. Beberapa caranya adalah dengan mencari investor atau mencari pinjaman dari bank.
Sebagai simpulan, cash ratio adalah bilangan yang menggambarkan perbandingan aktiva lancar dan kewajiban/utang jangka pendek yang perlu dibayar oleh perusahaan. Dengan mengetahui cash ratio, perusahaan bisa menentukan langkah yang perlu diambil untuk menyelamatkan kondisi finansial perusahaan—terlebih jika jumlah utang lebih besar daripada aktiva lancar yang dimiliki.
Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!
Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Akseleran menawarkan kesempatan pengembangan dana yang optimal dengan bunga rata-rata hingga 10,5% per tahun dan menggunakan proteksi asuransi 99% dari pokok pinjaman. Tentunya, semua itu dapat kamu mulai hanya dengan Rp100 ribu saja.
Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi Customer Service Akseleran di (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].
[…] Baca juga: Cash Ratio Adalah: Definisi, Fungsi, dan Cara Menghitungnya […]
Comments are closed.