Ini Sejarah Indomie Mengapa Menjadi Pelopor Mie di Indonesia!

1
8296
sejarah indomie
sejarah indomie

World Instant Noodles Association menempatkan Indonesia sebagai negara kedua yang paling banyak mengonsumsi mi instan sesudah Cina. Hal tersebut bisa dimaklumi mengingat Indonesia punya Indomie, salah satu produk mi instan yang terkenal di dunia. Namun, tahukah kamu siapa yang sebenarnya pertama kali membuat Indomie? Sambil menyantap semangkuk mi rebus hangat, simak dulu sejarah Indomie berikut ini. 

Bukan Indofood

Seperti kita ketahui, merek Indomie identik dengan PT Indofood CBP Sukses Makmur, produsen mi instan yang telah menelurkan lebih dari 60 varian mi instan. Namun, pembuat pertama mi cepat saji di Indonesia bukanlah Liem Sioe Liong, sang pendiri Indofood.

Adalah PT Djangkar Djati yang dibidani oleh Djajadi Djaja, Ulong Senjaya, Wahyu Tjuandi, dan Pandi Kusuma yang merintis pertama kali merek Indomie. Djajadi lalu membangun PT Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd pada April 1970 dan kemudian membawa merek baru Indomie ke publik. Dari titik inilah sejarah Indomie dimulai.

Indomie merupakan akronim dari “Indonesia Mie”. Saat pertama kali diluncurkan, Indomie hanya punya dua varian rasa, yaitu rasa udang dan kaldu ayam. Meski begitu, Indomie bukan produk mi instan pertama yang hadir di Indonesia. 

Eka Wijaya Moeis dan Sjarif Adil Sagala sudah memperkenalkan merek Supermi ke publik pada April 1968. Mereka mendirikan PT Lima Satu Sankyu yang bekerja sama dengan Sankyu Shokushin Kabushiki Kaisha dari Jepang. Baik bantuan teknis maupun bahan pembuatan, semuanya didatangkan dari Negeri Sakura.

Sampai awal 1980-an, Indomie dan Supermi mendominasi pasar mi instan Indonesia. Bahkan, Sanmaru merambah ekspor produk ini ke negara tetangga pada periode 1982-1983. Sebut saja, Singapura, Malaysia, Brunei, Australia, hingga ke Amerika Serikat dan Eropa. Saat itu, pabrik Sanmaru berlokasi di Ancol, Jakarta Utara.

Gebrakan Salim Group

Ketika Supermi dan Indomie baru diproduksi, Liem Sioe Liong sibuk menanamkan modalnya pada pabrik pengolahan tepung gandum yang dikenal bernama Bogasari. Pada 1977, Liem baru mendirikan PT Sarimi Asli Jaya alias Sarimi, yang bermakna inti sari mi. 

Saat Sarimi memasuki pasar, Indonesia justru sedang menghadapi krisis beras. Sementara, industri mi instan lokal pun baru dirintis. Saat itu penguasa membangun pemikiran untuk mengalihkan konsumsi beras ke tepung gandum. Hal ini melatarbelakangi mengapa kampanye iklan mi dan roti begitu gencar di masyarakat.

Kemudian, Liem ingin memproduksi mi instan sendiri dalam jumlah besar dan menjual ke pasar. Sayangnya, langkah tersebut jadi mustahil seiring stok beras yang terus membaik. Produksi Sarimi pun terlalu banyak. Risiko merugi di depan mata, tetapi Liem bergerak cepat.

Situasi demikian jadi momen tepat bagi Liem untuk mendekati Djajadi. Strategi Liem sederhana saja, Indomie mau bermitra dengannya dan menggunakan seluruh sarana produksi mi instan yang ia punya. Dengan begitu, Salim Group tidak usah menanggung kerugian besar. 

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Usaha Franchise Lebih Menguntungkan

Semula, Djajadi menolak tawaran itu. Pantang menyerah, Liem justru menggenjot pemasaran Sarimi lewat iklan dan promosi secara agresif. Dalam waktu singkat, Sarimi bisa merebut 40% pasar mi instan dalam negeri. Menyadari situasi tersebut, Djajadi pun mengiyakan tawaran kedua Liem. 

Keduanya sepakat mendirikan PT Indofood Interna Corporation pada tahun 1984. Djajadi menguasai 57,5% saham, sedangkan Liem mendapat porsi 42,5%. Kemudian, PT Indofood Interna mengambil alih saham PT Sanmaru pada tahun 1986, berlanjut dengan pengalihan saham PT Super Mi Indonesia.

Setelah tahun 1992, Djajadi tidak lagi tercatat sebagai pemegang saham di Indofood. Pada 1994 PT Sanmaru dan PT Indofood bergabung menjadi satu perusahaan baru yang kita kenal saat ini: PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Sejak itu sejarah Indomie terus bergeliat dan memproduksi lebih banyak lagi varian baru. Selain varian biasa, terdapat varian Indomie Kuliner Indonesia, Indomie Premium Collection, dan Indomie Hype Abis.

Di bawah bendera Salim Group, Indomie merajai pasar mi instan domestik. Tak sampai di situ, Indomie terus berekspansi ke luar negeri hingga berkembang sebagai salah satu merek mi instan internasional. Bahkan, Indomie punya pabrik sendiri di Nigeria yang dibangun tahun 1995 lewat Dufil Prima Foods. Sementara, pabrik Indomie di Arab Saudi dibuka pertama kali tahun 1992 dan diproduksi Pinehill Arabia Group Ltd. 

Sejarah Indomie memberi kita gambaran bagaimana perjalanan panjang merintis sebuah merek. Sampai saat ini Indomie masih merajai pasar mi instan dalam negeri dan semakin dikenal pecinta mi di seluruh dunia. Jadi, apa varian Indomie favorit kamu?

Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!

Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 16% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.

BLOG100

Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].

1 COMMENT

Comments are closed.