Mikhail Tambunan:Akseleran Kikis Gap Pembiayaan UMKM Rp2.000 Triliun

0
520
Mikhail Tambunan, Co-Founder & CFO Akseleran

“Kalau gap-nya semakin kecil, artinya modal kerja UMKM terpenuhi, maka secara langsung akan berpengaruh pada peningkatan kontribusi ke GDP, sehingga diharapkan perekonomian bergeraknya dapat lebih cepat lagi dan pertumbuhan ekonominya jadi lebih tinggi”

JAKARTA – Keberadaan fintech dinilai bisa menurunkan funding gap atau gap pembiayaan di Indonesia yang saat ini masih besar. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), gap pembiayaan yang tidak bisa dijangkau lembaga keuangan formal dapat mencapai sekitar Rp2.000 triliun setiap tahunnya.

Fintech peer to peer lending (“P2P Lending”) Akseleran bisa menjadi solusi dalam menutup gap pembiayaan tersebut karena dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Co-Founder and CFO P2P Lending Akseleran, Mikhail Tambunan, mengatakan gap pembiayaan di UMKM ini menjadi salah satu tantangan bagi perekonomian Indonesia. Untuk itu, diperlukan peran fintech P2P Lending termasuk Akseleran untuk menutup gap tersebut. 

“Kalau gap-nya semakin kecil, artinya modal kerja usaha kecil menengah terpenuhi, maka secara langsung akan berpengaruh pada peningkatan kontribusi ke GDP, sehingga diharapkan perekonomian bergeraknya dapat lebih cepat lagi dan pertumbuhan ekonominya jadi lebih tinggi,” ujar Mikhail. 

Meski demikian, Mikhail mengakui bahwa tantangan dalam sektor pembiayaan saat ini tidaklah mudah. Kondisi global yang masih dipenuhi ketidakpastian menjadi hal yang perlu terus diantisipasi. Menurut dia, Akseleran sebagai fintech P2P Lending yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memiliki konsumen lebih banyak usaha kecil menengah dinilai sudah menjadi upside tersendiri selama Akseleran terus mampu untuk menjaga penyaluran kreditnya tetap sehat. Selama tahun 2022, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) to outstanding Akseleran hanya 0,5% atau jauh lebih kecil dibandingkan rata-rata industri fintech P2P Lending yang mencapai 3%. 

“Akseleran memiliki NPL yang tergolong cukup rendah dalam industri P2P Lending di Indonesia, nah itu yang jadi core kekuatan kita karena memiliki NPL yang rendah, sehingga dari sisi persaingan kita salah satu yang terbaik. Credit assessment sih yang jadi kekuatan dari Akseleran,” jelas Mikhail. 

Pada tahun 2023 ini, Akseleran menargetkan mampu menyalurkan pinjaman hingga Rp6 triliun. Angka ini naik 100 persen dari penyaluran di tahun 2022 sebesar Rp2,9 triliun. Mikhail menjelaskan, target tersebut sangat mungkin tercapai. Apalagi rencananya di tahun ini, Akseleran akan melakukan akuisisi perusahaan multifinance.

Menurutnya, akuisisi ini akan memperluas penyaluran pendanaan Akseleran kepada masyarakat. Secara produk pembiayaan mirip dengan yang dilakukan saat ini melalui P2P Lending, hanya saja kami dapat menyasar pelaku usaha menengah dan komersil yang membutuhkan nilai pinjaman yang lebih besar dari Rp2 miliar per penerima pinjaman.

Selain itu, saat ini sebanyak 85-90 persen penerima pinjaman dan pemberi pinjaman Akseleran berada di wilayah Pulau Jawa. Ke depan, Mikhail pun berharap penerima pinjaman dan pemberi pinjaman bisa mencakup wilayah yang lebih luas lagi khususnya daerah lain di luar Pulau Jawa.

“Kita harus bisa serve pulau lain selain pulau jawa, harapannya ke depan kita bisa serve lebih luas dan lebih besar lagi, apalagi nantinya dengan menggunakan vehicle baru ticket size pinjaman yang bisa diberikan juga semakin besar. Supaya semakin banyak yang tersentuh, sehingga inklusi keuangan atau visi kita bisa tercapai,” tambahnya.

Sejak Oktober 2017 sampai dengan Desember 2022, Akseleran telah menyalurkan pinjaman sebesar hampir Rp7 triliun, sebesar sekitar 97 persen di antaranya disalurkan kepada sektor produktif, khususnya usaha kecil menengah. 

Ketika terjadi pandemi di tahun 2020, Akseleran justru terus meningkatkan penyaluran pinjaman kepada usaha kecil menengah. Terlihat di tahun tersebut ketika pandemi sedang parah-parahnya, Akseleran mampu menyalurkan pinjaman hingga hampir Rp1 triliun, atau tumbuh 30 persen dibanding tahun 2019. Di tahun 2021 ketika pemulihan ekonomi mulai terjadi, Akseleran menyalurkan pinjaman sebesar lebih dari Rp1,8 triliun, tumbuh lebih dari 90 persen dari penyaluran tahun 2020. Sedangkan tahun lalu di 2022 Akseleran menyalurkan pinjaman hingga hampir Rp3 triliun, atau tumbuh 62 persen dibandingkan 2021.

Tingkat TKB90 Akseleran yang stabil berada di atas 99 persen sejak 2021 lalu, lebih tinggi daripada rata-rata industri. Para pemberi pinjaman di Akseleran memiliki akses yang mudah untuk mengembangkan dananya karena pendanaan dapat dimulai dari Rp100 ribu saja. Bunga yang ditawarkan pun cukup menarik yaitu sekitar 10 persen per tahun, dengan proteksi asuransi pinjaman yang melindungi hingga 99 persen atas pokok pinjaman tertunggak memberikan rasa keamanan yang lebih kepada para pemberi pinjaman. Saat ini, Akseleran memiliki lebih dari 250 ribu pemberi pinjaman retail (retail lender), puluhan pemberi pinjaman institusi (institutional lender), dan lebih dari 5 ribu penerima pinjaman (borrower).

Strategi Atasi Ketidakpastian Global dan Domestik

Kondisi perekonomian dan keuangan global yang masih dipenuhi ketidakpastian hingga sulitnya mendapat pendanaan global menjadi hal yang perlu diantisipasi para pelaku usaha, termasuk Akseleran yang merupakan perusahaan Financial Technology Peer to Peer Lending (“Fintech P2P Lending”) di Indonesia.

Untuk diketahui, ancaman resesi global terus menghantui berbagai negara usai runtuhnya tiga bank di Amerika Serikat, ketegangan geopolitik yang belum mereda, hingga laju inflasi yang masih tingggi.

Mikhail mengatakan, Akseleran sebagai fintech P2P Lending sudah menyusun berbagai strategi dalam menghadapi tantangan tersebut. Dari sisi profil bisnis, konsumen Akseleran yang lebih banyak UMKM dinilai menjadi kekuatan dibandingkan P2P Lending lainnya yang justru lebih banyak ke consumer loan atau pinjaman konsumen pribadi.

“So far di kita impact-nya tidak terlalu masif ya, meski demikian, kalau saya ambil contoh sekarang winter, tapi dulu zaman pandemi lebih parah lagi. Tapi di zaman pandemi saja dulu Akseleran masih bisa tumbuh 25 persen di-support dari retail lender kita. Jadi memang uniknya Akseleran karena dia di-support dua sisi, baik institusi maupun retail lender jadi impact-nya tidak terlalu signifikan ke kita,” ujar Mikhail saat ditemui di kantornya, Jakarta, baru-baru ini.

Strategi lainnya yang saat ini dilakukan Akseleran untuk menghadapi tantangan global maupun domestik adalah menjaga penyaluran kredit tetap sehat. Selama tahun 2022, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Akseleran hanya 0,5 persen, jauh lebih kecil dibandingkan industri fintech P2P Lending nasional yang mencapai 3 persen.

Menurut Mikhail, NPL Akseleran salah satu yang terendah dan menjadi core kekuatan Akseleran dalam menghadapi persaingan dan tantangan global. “Of course untuk credit underwriting process kita kan selalu kita revisit, kalau berulang kali lihat jadi tahu apa yang bisa kita ketatkan, apa yang bisa kita longgarkan, jadi of course pengaruhnya ada, tapi kembali ke fleksibilitas kita lagi bagaimana cara kita menganalisa supaya tidak kehilangan opportunity yang ada, tapi tidak juga mengorbankan kualitas yang sudah kita miliki,” ungkap Mikhail.

Selanjutnya, kata Mikhail, yang pasti kita harus mampu beradaptasi dengan cepat dan harus selalu fleksibel. Misalnya saat Pandemi Covid-19 melanda dan banyak lembaga keuangan mengerem pembiayaannya justru Akseleran melihatnya sebagai peluang dalam menyalurkan pinjaman. 

“Tapi jangan sampai kita ngasih terus meledak. tapi justru bagaimana kita bisa serve tapi tetap prudent, jadi kita lihat lagi apa yang bisa dikondisikan. Contoh, sebelumnya kita banyak di receivable financing, sekarang kita lebih beratkan ke invoice financing, karena kalau invoice financing kan dia sudah selesai mengerjakannya, tinggal terima tagihan. Ini yang harus lebih fleksibel dan lebih melihat peluang lagi, pintar-pintar lihat peluang dan satu sisi melihat tanpa mengorbankan prudent, kualitas kredit,” tambah Mikhail.