Tahun 1998 seolah menjadi momen kelam bagi negara Indonesia dan rakyatnya. Di tahun tersebut Indonesia harus mengalami krisis moneter (krismon) yang kemudian berdampak ke segala bidang. Di saat yang sama, kondisi semakin diperparah karena tuntutan para mahasiswa yang meminta Presiden Soeharto mundur dari jabatannya setelah berkuasa sebagai orang nomor satu Indonesia selama 32 tahun.
Bila ditelusuri lebih jauh, sebenarnya apa sih yang membuat Indonesia mengalami krismon saat itu? Jika Anda mengajukan pertanyaan yang sama, coba simak jawabannya melalui ulasan berikut.
Alasan Kuat yang Memicu Krisis Moneter 1998!
Timbulnya krismon 1998 di Indonesia sejatinya dipicu oleh beberapa faktor, mulai dari sektor ekonomi, sosial, hingga politik. Berikut gambaran lengkapnya.
-
Anjloknya Nilai Rupiah Terhadap Dolar AS
Indikasi akan terjadinya krisis moneter sebenarnya sudah tercium sejak 1997. Tepatnya di bulan Agustus tahun 1997, mata uang rupiah terlihat merosot dan mencapai titik terendahnya pada bulan September.
Jika bulan-bulan sebelumnya nilai rupiah berada di angka Rp2.380 per dolar, hanya dalam kurun waktu satu tahun nilai rupiah babak belur dan mengalami depresiasi mencapai 600%. Pada bulan Juli 1998, 1 dolar AS dihargai Rp16.650. Meski begitu, tanggal 31 Desember 1998 nilai rupiah mulai menguat ke angka Rp8.000 per dolar.
-
Besarnya Angka Utang Luar Negeri Swasta
Persoalan kedua yang menjadi akar terjadinya krisis moneter 1998 adalah besarnya utang luar negeri swasta. Per Maret 1998, total utang luar negeri dikabarkan tembus hingga 138 miliar dolar AS, sekitar 72,5 miliar dolar AS merupakan utang swasta. Kabar buruknya lagi, dua pertiganya adalah utang jangka pendek dan jatuh tempo pada tahun 1998.
Tak berhenti sampai di situ, cadangan devisa saat itu tersisa 14,44 miliar dolar AS sehingga tak cukup untuk membayar utang sekaligus bunganya. Inilah yang kemudian membuat nilai tukar rupiah mendapat tekanan berat.
Baca juga: Utang Adalah: Ciri-Ciri, Jenis dan Pengertiannya!
-
Krisis Kepercayaan Pasar dan Masyarakat
Efek bola salju krismon pun semakin terasa seiring rontoknya kepercayaan pasar dan masyarakat akibat kebijakan pemerintah yang plin-plan dalam menangani krismon. Di sisi lain, kesehatan Presiden Soeharto yang semakin memburuk membuat suksesi mengalami ketidakpastian. Alhasil, investor asing pun enggan memberi bantuan finansial secara cepat.
-
Paket Solusi IMF yang Berujung Kegagalan
Sebagai organisasi dana moneter internasional, IMF sempat memberikan beberapa solusi untuk membantu Indonesia dalam menanggulangi krismon. Alih-alih membawa dampak positif, paket reformasi keuangan yang diajukan IMF justru membuat nasabah melakukan penarikan dana besar-besaran.
Kondisi ini membuat bank terbatas dalam memberikan pinjaman, sementara itu Bank Indonesia harus menggelontorkan banyak dana untuk mencegah krisis bertambah parah.
Dampak Krisis Moneter Terhadap Indonesia
Sejak nilai tukar rupiah melayang, beberapa sektor lainnya ikut carut marut. Di sektor ekonomi dan perbankan, anjloknya nilai rupiah secara signifikan membuat pasar modal dan pasar uang ambles. Tingginya suku bunga juga menjadi penyebab sejumlah bank di Indonesia mengalami kebangkrutan. Surat utang pemerintah pun ikut lengser di bawah junk.
Tak berhenti sampai di situ, krismon 1998 membuat harga jual barang-barang makin melesat. Sejumlah perusahaan berskala kecil dan besar pun tak luput terkena imbas krismon. Tercatat, sekitar 70% perusahaan berstatus bangkrut di pasar modal. Kondisi ini kemudian membuat pelaku industri harus melakukan PHK yang menyebabkan gelombang besar pengangguran sebanyak 20 juta orang.
Tingginya angka pengangguran ditambah daya beli masyarakat yang menurun turut membuat garis kemiskinan meningkat. Di tahun 1998, pendapatan per kapita dikabarkan menciut jadi 610 dolar. Sektor ekspor yang semula diandalkan untuk menjadi penyelamat di tengah krismon justru lesu akibat beban utang dan ketergantungan komponen impor.
Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 sejatinya tidak hanya dialami oleh Indonesia, melainkan beberapa negara di Asia seperti Thailand bahkan Korea Selatan. Meski begitu krisis keuangan di Indonesia dinilai paling buruk di antara negara lainnya. Bahkan situasi tersebut mampu memberikan trauma tersendiri bagi masyarakat yang pernah mengalaminya.
Tragedi ini akan selalu dikenang sebagai salah satu momen paling kelam bagi bangsa Indonesia. Kabar baiknya, bersamaan dengan kejadian tersebut akhirnya Indonesia selalu berusaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Terbukti, kini pengawasan terhadap likuiditas perbankan sudah diatur secara ketat juga transparan. Kewajiban rasio ketercukupan likuiditas perbankan pun telah memiliki regulasi sendiri.
Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!
Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Akseleran menawarkan kesempatan pengembangan dana yang optimal dengan bunga rata-rata 10,5%-12% per tahun dan menggunakan proteksi asuransi 99% dari pokok pinjaman. Tentunya, semua itu dapat kamu mulai hanya dengan Rp100 ribu saja.
Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].