Gross Profit Margin: Pengertian, Fungsi, dan Rumus Perhitungannya

3
16235
gross profit margin

Gross Profit Margin (GPM) merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan. Pasalnya, melalui perhitungan Marjin Laba Kotor, perusahaan dapat mengetahui perkembangan bisnisnya. Apakah hasilnya sudah sesuai target atau belum?

Pengertian Gross Profit Margin

Rasio Margin Kotor adalah rasio profitabilitas untuk menghitung besaran persentase laba kotor terhadap pendapatan dari penjualan (sales revenue) yang sudah dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP). 

Sales Revenue merupakan sejumlah uang yang dihasilkan dari penjualan produk ataupun jasa. Sementara Harga Pokok Penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan agar perusaahaan dapat memproduksi barang. Umumnya, biaya yang termasuk HPP adalah tenaga kerja, bahan baku produksi, dan seluruh aspek yang bersinggungan dengan kegiatan bisnis.

Fungsi Marjin Laba Kotor

Rasio Margin Kotor berfungsi untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan bahan baku produksi dan tenaga kerja yang bertugas memproduksi ataupun menjual barang. Sederhananya, rasio ini menjadi tolak ukur mengenai tingkat efisiensi perusahaan dalam memproduksi dan menghasilkan laba.   

Marjin laba kotor tidak hanya memberikan informasi mengenai keuntungan yang didapatkan dari kegiatan bisnis pada manajemen maupun investor, melainkan juga memberikan informasi mengenai kondisi kesehataan perusahaan.

Jika rasio menunjukkan angka Harga Pokok Penjualan lebih rendah dari angka penjualan, maka semakin efisien pula kegiatan operasional perusahaan.  Apabila sebaliknya, artinya efisiensi perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional tergolong kurang baik.

Rumus Menghitung Rasio Margin Kotor

Lantas, bagaimana cara menghitung Gross Profit Margin

Pertama, Anda harus mencari berapa besar keuntungan kotor yang didapatkan menggunakan rumus pendapatan penjualan dikurangi HPP. Setelahnya, bagi keuntungan kotor (gross profit) dengan pendapatan penjualan (sales revenue).

Agar Anda lebih jelas, simak sejumlah contoh kasus berikut ini. 

Baca juga: Apa itu ROI? Begini Cara Menghitungnya dengan Rumus

Contoh Kasus Satu

PT DMY adalah perusahaan yang menjual kaos kaki anak hingga dewasa. Dari hasil penjualan pada tahun 2020 tercatat bahwa total penjualan kaos kaki secara keseluruhan mencapai Rp180.000.000,00, sedangkan Harga Pokok Penjualan sebesar Rp30.000.000,00.

Berapa Margin Laba Kotor PT DMY?

  • Pendapatan Penjualan PT DMY = Rp180.000.000,00.
  • Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp30.000.000,00.

Keuntungan Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan

= Rp180.000.000,00 – Rp30.000.000,00

= Rp150.000.000,00

Marjin Laba Kotor = Keuntungan Kotor : Pendapatan Penjualan

= Rp150.000.000,00 : Rp180.000.000,00

= 0.83%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa PT DMY memiliki marjin laba kotor sebesar 0.83% dari sisa pendapatan setelah membayar biaya langsung yang berhubungan dengan produksi.

Sementara keuntungan kotor sebesar Rp150.000.000,00 bisa digunakan untuk membayar biaya yang berhubungan dengan aktivitas bisnis, seperti biaya operasional, utang, dividen, dan pajak.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa PT DMY menjalankan kegiatan produksinya secara efisien. Tingginya nilai laba kotor menjadi indikator bahwa PT DMY dalam keadaan baik dan sudah mampu mengendalikan biaya produksi serta HPP. 

Contoh Kasus Dua

Perusahaan MQX tercatat sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia. Berdasarkan laporan tahun 2020, pendapatan total Perusahaan MQX mencapai Rp120 miliar dengan rincian:

  • Penghasilan otomotif Rp107 miliar.
  • Jasa keuangan Rp3 miliar. 

Sementara total biaya dan pengeluaran Perusahaan MQX mencapai Rp135 miliar dengan rincian:

  • Biaya penjualan otomotif Rp122 miliar.
  • Biaya penjualan, administrasi, dan pengeluaran lain Rp10.5 miliar.
  • Biaya operasional, bunga, dan pengeluaran jasa keuangan lain Rp2.5 miliar.

Berapa GPM Perusahaan MQX?

Keuntungan Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan

= Rp120 miliar – Rp135 miliar

=  (- Rp15 miliar)

Marjin Laba Kotor = Keuntungan Kotor : Pendapatan Penjualan

= (-Rp15 miliar : Rp120 miliar)

= (-0.125%)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa Perusahaan MQX memiliki marjin laba kotor minus. Artinya, penggunaan tenaga maupun bahan baku Perusahaan MQX belum dilakukan secara efisien. 

Rendahnya marjin laba kotor menjadi indikator bahwa keadaan Perusahaan MQX kurang baik dan dinilai belum mampu mengendalikan biaya produksi dan HPP. Pada tahap ini, Perusahaan MQX disarankan untuk mencari dan menerapkan strategi bisnis baru agar nilai margin laba kotor meningkat. 

Demikianlah informasi mengenai Gross Profit Margin beserta dengan contoh kasus yang dapat Anda gunakan untuk mempermudah perhitungan laba kotor suatu perusahaan.  

Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!

Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Akseleran menawarkan kesempatan pengembangan dana yang optimal dengan bunga rata-rata 10,5%-12% per tahun dan menggunakan proteksi asuransi 99% dari pokok pinjaman. Tentunya, semua itu dapat kamu mulai hanya dengan Rp100 ribu saja.

BLOG100

Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].