Berlari, berlari & berlari…

0
5918

Berlari, berlari & berlari…

Walk…jog…run

Telah beberapa tahun belakangan ini olahraga lari menjadi olahraga yang diminati oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Dari yang kecil maupun yang besar, dari yang muda sampai yang lanjut usia, lari menjadi pilihan banyak orang untuk menjawab anjuran untuk memiliki kegiatan fisik yang rutin. Kalaupun tidak rutin setiap hari setidaknya olahraga ini dilakukan satu minggu sekali.

Dimulai dari Jakarta, banyak kota di Indonesia juga telah menerapkan konsep car free day (“CFD”) dengan versi masing-masing. CFD ini, bukan hanya bertujuan untuk mengurangi polusi dari kendaraan bermotor, tetapi lebih penting dari itu adalah memberikan ruang bagi penduduk kota untuk dapat melakukan olahraga di ruang terbuka.

Bisa jadi oleh karena dukungan yang diberikan oleh pemerintah ini maka minat masyarakat untuk olahraga lari menjadi tinggi. Setiap tahun, setidaknya di Jakarta saja, banyak event lomba lari yang dilaksanakan. Banyak orang yang bermula dari mencoba ikut-ikut lomba lari kemudian menjadi gandrung untuk mengikuti setiap lomba lari yang ada. Dimulai dari 5K kemudian berlanjut kepada 10K kemudian ke 21K (atau Half-Marathon / “HM”) dan terakhir ikut lomba lari 42 km (atau Full Marathon / “FM”).

Proses untuk bisa maju yang dari awalnya ikut-ikutan lari saja kemudian berlari lomba 5K lalu berlari untuk lomba 10K dan seterusnya memerlukan waktu dan persiapan fisik dan mental. Apabila lari awalnya hanya untuk mengikuti keramaian, begitu mengikuti lomba maka ada persiapan yang perlu dilakukan. Persiapan yang pasti diperlukan adalah stamina, kecepatan lari dan waktu tempuh yang baik. 3 hal ini tidak dapat dicapai apabila lari yang dilakukan hanya merupakan berlari yang mengikuti keramaian saja.

Membiasakan diri untuk berlari tanpa henti hingga tiba ditujuan, menentukan kecepatan lari yang dapat dipertahankan secara konsisten dan kemampuan konsisten untuk tiba ditujuan dalam waktu tertentu adalah 3 latihan utama seorang pelari lakukan untuk persiapan lomba lari.

Berbisnis Juga Sama Seperti Berlari

Bahwa berbisnis / berusaha, dari sudut pandang tertentu, sama seperti berlari. Tidak sedikit pengusaha yang terdorong untuk memulai usaha oleh karena melihat orang lain yang melakukan usaha yang sama atau oleh karena adanya kesempatan yang tidak boleh dilewatkan.

Tetapi, untuk menjadi sukses, pengusaha harus bisa mengelola kekuatan dan sumberdaya nya agar dapat dengan baik tiba di garis tujuan. Pada waktu berlari, banyak orang yang berpikir bahwa 5K atau 10K adalah bukan jarak yang jauh sehingga kemudian dari sejak awal lomba lari, pelari tersebut melakukan lari sprint. Tetapi, apabila pelari tersebut tidak melakukan persiapan dengan baik, maka pelari tersebut berpotensi tidak tiba di garis akhir oleh karena sudah terengah-engah di tengah lomba.

Bahwa untuk dapat memulai dan menyelesaikan lomba lari dengan baik, seorang pelari harus berlari dengan kecepatan dan langkah yang konsisten. Kecepatan dan langkah yang konsisten ini dapat dicapai melalui persiapan yang baik dan tekad untuk menuntaskan lomba, tidak teralihkan oleh apa yang dilihat ada disekitar.

Sangat mudah pengusaha berpikir bahwa kesempatan untuk berjualan lebih banyak adalah kesempatan yang jangan disia-siakan. Bahwa pemikiran bahwa kesempatan tidak datang 2 kali sering menjadi faktor pendorong utama untuk mengejar kesempatan berjualan lebih banyak secara cepat.

Ada Resiko yang Harus Dibayar Dalam Mengejar Pertumbuhan Bisnis

Akan tetapi, dalam kesempatan ini yang saya ingin ingatkan bahwa dalam setiap kesempatan yang baik ada biaya yang harus dibayar. Bahwa dalam setiap kesempatan untuk berjualan lebih banyak, ada tuntutan berbeda dalam besaran biaya yang dibutuhkan. Modal kerja yang menjadi elemen sumberdaya yang vital bagi setiap pengusaha atau perusahaan harus sudah dipersiapkan apabila ingin meningkatkan volume penjualan. Bukan saja biaya produksi dan penjualan yang lebih besar, tetapi juga potensi pembayaran dari pelanggan yang lebih lama oleh karena untuk pertumbuhan penjualan pengusaha / perusahaan harus menjual kepada pembeli baru yang belum diketahui dengan baik kualitas pembayarannya.

Terlalu sering pengusaha / perusahaan dalam mengejar pertumbuhan penjualan berpikir bahwa pembeli yang baru akan juga memiliki periode pembayaran yang sama dengan pelanggan yang sekarang. Tetapi, harus diantisipasi bahwa pada saat seorang pengusaha / perusahaan menjual kepada pembeli baru, maka sebetulnya pengusaha / perusahaan telah memulai untuk mengambil sebagian resiko berbisnis yang selama ini ditanggung sendiri oleh si pembeli baru.

Harus diingat bahwa setiap hal di sekeliling kita ada “chain of reaction” dan faktanya bahwa setiap pengusaha menginginkan untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya dari usaha yang dilakukannya. Maka, berasumsi bahwa pembeli baru akan memiliki kualitas pembayaran yang sama dengan pelanggan sekarang adalah pemahaman yang tidak tepat. Tanpa kita mengenal dengan baik environment disekitar pembeli baru, maka dengan memberikan kesempatan pembeli baru untuk membeli dari kita secara non-tunai, maka kita telah membuka kesempatan untuk kita tidak dibayar tepat waktu bahkan berpotensi bahwa “kas bon” yang kita berikan itu digunakan untuk hal yang lain dulu yang dipikir orang tersebut dapat menghasilkan untung yang lebih besar daripada membayar kita tepat waktu.

Melihat pengalaman yang telah dilewati, berhati-hati berpikir bahwa kita memiliki asset yang sangat cukup untuk kita jual nantinya apabila kita membutuhkan uang  modal kerja. Dalam prinsip bahwa orang yang mencari keuntungan sebesar-besarnya, maka calon pembeli asset yang mengetahui bahwa kita sedang butuh uang cepat dapat menggunakan kesempatan itu untuk menekan harga beli asset semurah mungkin.

Oleh karenanya, sebelum berkeputusan untuk berlari cepat dan semakin cepat, pastikan bahwa kita telah menyiapkan diri untuk setiap resiko yang timbul dari keputusan kita melakukan sesuatu yang baru atau melakukan perubahan. Hanya dengan persiapan ini, maka kita memastikan bahwa kita dapat mendapatkan manfaat dari kegiatan penjualan yang lebih tinggi atau lebih intensif.

“Always run with our own pace”

Previous articleEquity Crowdfunding vs Peer-to-Peer Lending?
Next articleInvestor Indonesia Mengharapkan Imbal Hasil Tinggi Dalam Jangka Pendek
Sebagai bankir yang cukup senior, Elquino memiliki pengalaman lebih dari 12 tahun di industri Perbankan. Ia telah bekerja di beberapa bank lokal maupun internasional seperti Standard Chartered Bank, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Bank Danamon, dan terakhir di Bank QNB Indonesia dimana Ia menjabat sebagai Senior Vice President – Head of Corporate Credit Reviewer & Credit Admin. Elquino mempunyai keahlian dalam bidang analisa dan manajemen kredit, structured finance, sindikasi, dan investment banking. Di Akseleran Elquino memimpin tim Peer-to-Peer Lending dan berperan besar dalam pengembangan credit scoring system Akseleran maupun penanganan risiko kredit. Elquino memegang sertifikat professional banking (level IV) dan risk management (level III). Dia memiliki gelar MBA dengan predikat cum laude dari Ateneo de Manila University, Manila, Philippines.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here